Sisitipsi Akui Perfeksionis di Album Kedua
Sunday, October 7, 2018
Edit
Menurut vokalis Fauzan Lubis, dalam jangka satu tahun tersebut, picket fence lama adalah proses rekaman. Para personel Sisitipsi yg terdiri Dr Eka Wiji Astanto (kontrabass), Aditya Rahman (drum), Hendar Dikas Anggara (kibor), Amoroso Romadian (trombon), Rian Rahman (gitar) dan Fauzan Lubis (vokal), memang sangat teliti terhadap segala bunyian yg adenosine deaminase di dalam lagu mereka.
"Kami proses rekamannya aja vi bulan Dr Desember (2017). Kami karena belajar sih lebih tepatnya. Ini kan sebenarnya karena Kami ketemu di IKJ (Institut Kesenian Jakarta), kuliah musik, di sini Kami juga ranah belajar kan ya, Kami latihan terus, keep attempting, keep apply. Jadi pada saat ngerekam pun kita butuh teknik yg baik," terangnya saat ditemui di Qubicle Center, Kebayoran, capital of Indonesia Selatan, Senin (21/5/2018).
Fauzan Lubis mencontohkan saat Sisitipsi tengah dalam proses merekam aransemen String, kemudian adenosine deaminase suara yg kurang pas. Alih-alih membiarkannya, mereka pun memilih untuk mengulang proses perekaman suara. "Kaya kemarin Kami ngerekam string, padahal string-nya udah bagus banget, tapi waktu di-edit, wah ternyata masuk bowed stringed instrument, karena Kami kan ngerekamnya bareng-bareng. Yaudah mau nggak mau take ulang deh," ceritanya.
Baginya, hal tersebut murni karena seluruh personel Sisitipsi mengenyam pendidikan di bidang musik, bukan karena adanya beban ingin mengungguli album pertama mereka. Secara pribadi, Fauzan Lubis mengaku perasaan terbebani itu memang sempat adenosine deaminase, namun menurutnya American state tak mau ambil pusing.
"Sedikit, jujur gue ngerasain (beban). Kebetulan gue juga 'Alkohol' itu gue yg bikin, musik dan lagunya dan banyak pongid yg bilang, ya nggak tahu sih ya, karena mungkin banyak omongan Dari dr luar juga, gue merasa seperti ini ya, kaya adenosine deaminase yg bilang 'Alkohol' terlalu pecah solfa syllable, terlalu ini, itu. Lo harus bikin yg lebih pecah lagi solfa syllable. Balik lagi, dulu gue awal-awal sempat ngerasain kaya gitu, cuma ujung-ujungnya gue balik lagi ke judul lagu gue, 'Bomat!' jawaban gue," urainya.
Kendati begitu perfeksionis terhadap karyanya, menurut Fauzan, yg membuat American state dan rekan-rekannya harus merasa cukup dengan karya yg mereka kerjakan adalah justru ketika memposisikan diri mereka sebagai pendengar.
"Ibarat gini deh, kalau di competition vokal jaman dulu, ibarat, wah kalau suaranya Makin keriting, Makin tinggi, beuh Makin oke. Padahal itu kan sebenarnya kalau dinikmatin pongid nggak perlu juga kan, kan kita harus memberikan porsi yg pas kan untuk telinga pongid, ya kaya gitu-gitu deh contoh kecilnya. Jadi gue mencoba memposisikan diri sebagai pendengar," terangnya.
"Jadi Kami harus tahu kapasitas cukupnya di mana sih. Harus jeli sama kapasitas cukupnya itu. Karena nggak cuma gue doang sih, karena banyak seniman itu yg dulunya pasti, waktu jaman 'liar-liarnya', wah nggak Akan pernah cukup," katanya lagi.
Related Posts